Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis
lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian
(jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian
titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan
titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai
dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan
raya, gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai
akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya
dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang
datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y
menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus
cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan
dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.
Menurut bentuknya, poligon dibedakan menjadi dua yaitu :1. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya berbeda. Jenis-jenis poligon terbuka adalah :
- Poligon terbuka terikat sempurna
- Poligon terbuka terikat sepihak
- Poligon terbuka tidak terikat
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik
akhirnya mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon ini
adalah suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon
dibedakan menjadi ;
- Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
- Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil detail lapangan.
Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
- Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
- Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.
Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak
dan sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di
atas peta, jika kita tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan
tidak menghiraukan orientasi pada poligon tersebut.Agar poligon tersebut
terarah (tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi diketahui
sudut arahnya (azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui
azimuth awalnya (α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan
langjah-langkah sebagai berikut :
- Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo seimbang), dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka 00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
- Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian balikkan teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut yang dibentuk dengan arah titik.
α1 = (HB2 + (HLB2 – 180°)) / 2
Untuk azimuth-azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus :
a. Untuk pengukuran searah jarum jam :
α2 = α1 + 180º – ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 + 180º – ( β3 ± ∆fβ)
b. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :
α2 = α1 – 180º + ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 – 180º + ( β3 ± ∆fβ)
Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinat yang ada,
maka poligon perlu diikat (dihubungkan) dengan titik yang diketahui
koodinatnya atau titik tetap (X1, Y1). Koodinat di sini dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut :
Y2 = Y1 + D cos α1 ± ∆fy
Keterangan :
α = azimuth
D = jarak
β = sudut dalam
∆fx = koreksi sumbu x
∆fy = korekai sunbu y
Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2, titik P4 dihitung dari titik P3, dan seterusnya.
Sumber : www.ilmutekniksipil.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar