.Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang
seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare
diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan
peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi
pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar
peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila
memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan
dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya
menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat,
menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat
grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter),
sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada
tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku
secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan,
karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca
seluruhnya.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya
di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan
sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut
tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang
sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah
separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis
selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur)
dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi
patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan
adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi
patokan adalah Utara Pela f71′).
Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang
menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah
garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta
dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis
tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis
kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang
mempunyai ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur
disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan
permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk
memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil
memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
(bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta
Bentuk bentuk lembah dan pegunungan dalam kontur
Jalan menuju puncak umumnya berada di atas punggung (lihat garis
titik-titik sedangkan disisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai
(lihat garis gelap).
Garis kontur lembah, pegunungan dan pebukitan yang memanjang
Plateau
Daerah dataran tinggi yang luas
Col
Daerah rendah antara dua buah ketinggian.
Saddle
Hampir sama dengan col, tetapi daerah rendahnya luas dan ketinggian yang mengapit tidak terlalu tinggi.
Pass
Celah memanjang yang membelah suatu daerah ketinggian.
Gambaran penampang
Sifat-sifat garis kontur, yaitu :
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal
Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir
atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama
tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara
dua gunung besar dinamakan PASS.
g. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
h. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
i. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu lembah/jurang
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu
tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik
triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang
merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat
dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa
unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang
penting untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U,
dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih
pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter.
Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi
rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG
MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta
interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta.
Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun
dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A – B dengan jumlah kontur antara A – B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah
utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu
berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari
tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk
keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang
mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan.
Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke
lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan
catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A – B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
5. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah
sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi
medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam
menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai,
ujung lembah dan lain-lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta
dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan
horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan
tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang
dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan
skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan
tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca
peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) +
1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T
(4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor.
Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke
T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T
dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem
Azimuth (0″ -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk
mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A
menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun
berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus
dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B
(377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225),
titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang
dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal
perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan
berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang
adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu
diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah
jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° – 360°).
Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang
besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari
suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan
arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah
perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah
arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem
penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas
dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah
180°.