Jumat, 25 Januari 2013

Peta Indonesia, dengan Garmin Mapsource

Peta Indonesia, dengan Garmin Mapsource

Sering jalan-jalan ke kota-kota di indonesia memang mebutuhkan peta yang cukup lengkap untuk menelusuri kota, mencari alamat, dan lain sebagainya. bagi yang memiliki perangkat GPS, atau Handphone yang sudah builtin GPS tidak sulit lagi untuk mendapatkan atau menggunakan peta indonesia, tinggal mendonlodnya dari www.Navigasi.net namun yang jadi masalah ketika kita tidak memiliki perangkat tersebut, bagaimana jika ingin melihat peta indonesia tersebut?

Berikut adalah step-step nya,

* Download GARMIN Trip and Waypoint Manager dulu. [PENTING] Software ini harus diinstall terlebih dahulu, karena klo gak da software ini maka ga bisa install mapsource terbaru.

Download Garmin Trip and WayPoint Manager

* Kalo udah di install trip n waypointnya trus dilanjutin dgn update mapsource version 6.16.3 yg besar filenya 57.05mb atau langsung aja klik ini
Download MapSource Update Version 6.16.3

* Klo udah di install mapsource terbarunya tinggal kita donlod map yg diinginkan.
Klo mau install map Indonesia bisa donlod dari http://www.navigasi.net/ ato klo mau negara lain bisa donlod dari http://gpsunderground.com/
Download Peta GPS wilayah Indonesia v2.34

* Jalankan program MapSource yang telah terinstall



Peta Topografi

.Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71′).
Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang mempunyai ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta

Bentuk bentuk lembah dan pegunungan dalam kontur
Jalan menuju puncak umumnya berada di atas punggung (lihat garis titik-titik sedangkan disisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).
Garis kontur lembah, pegunungan dan pebukitan yang memanjang
Plateau
Daerah dataran tinggi yang luas
Col
Daerah rendah antara dua buah ketinggian.
Saddle
Hampir sama dengan col, tetapi daerah rendahnya luas dan ketinggian yang mengapit tidak terlalu tinggi.
Pass
Celah memanjang yang membelah suatu daerah ketinggian.
Gambaran penampang
Sifat-sifat garis kontur, yaitu :
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
g. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
h. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
i. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu lembah/jurang
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl.   7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A – B dengan jumlah kontur antara A – B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A – B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
5. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B   (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° – 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

Senin, 21 Januari 2013

AutoCAD® Map 3D 2013

 
We are excited to announce the release of AutoCAD® Map 3D 2013. Firstly, one of the most exciting changes with this release is that ALL of the AutoCAD Map 3D Enterprise functionality is now simply part of AutoCAD Map 3D 2013.  This new offering delivers all of the benefits of AutoCAD Map 3D Enterprise, including as well as all of the former Autodesk® Topobase™ Client functionality, in a single offering.  Moreover, this release includes improved capabilities to access and edit data from more sources, new tools for public review of information, offline editing and much more.
Please read on for detailed highlights:
Gathering Existing Conditions
  • Data conversion tool to convert GIS & CAD data to Industry Models. Now it is possible to convert data from any FDO data source or DWGs to industry models, with possibility to automatically match attributes and domain values.
  • Earthmine® Plug-in that provides real world context to infrastructure assets by displaying them on top of 3D panoramic imagery.
  • Pictometry® Plug-in that provides  oblique aerial images and great 3D measurement tools
Data Access and Editing
  • Enhanced AutoCAD editing capabilities for GIS and CAD data and for industry model data
    Industry models for Oracle, embedded DWG and now they are also available in Microsoft® SQL Server®
  • Possibility to edit industry model data offline to explore different design options, what-if scenarios or edit data in the field. Later merge back the data or discard the changes without the need of being connected all the time.
Planning and Analysis Tools
  • New Linear Referencing System (LRS) extension to manage information relative to the network.
  • Dynamic, data-driven tool-tips and hyper linking from geospatial data
Publishing and Interoperability
  • Publish native DWG to Autodesk® Infrastructure Map Server
  • Dynamic legends, north arrows, and scale bars to create easily map layouts
Download Here : AutoCAD Map 3D 2013 (English) 32-Bit   
Serial Number: 367-79394781 Product Key: 129E1 
                            AutoCAD Map 3D 2013 (English) 64-Bit
Serial Number: 367-79394781 Product Key: 129E1
Crack

MapInfo Professional v11 Full Crack

MapInfo Professional v11 Full Crack is a software designed to simplify the analysis of geographic and designed to easily visualize the relationships between data and geography, MapInfo Professional 11 Full Version makes it faster and easier than ever to create, share and use the map.
MapInfo Professional 11 Full is designed only for computer-based windows operating system.
Key Features :
  • Data access
  • Data creation and editing
  • Display
  • Data and map publishing
Full Features :
  • Discover trends hidden in spreadsheets and charts
  • Gain new understanding of your customers and markets
  • Perform powerful data analysis and calculations
  • Create custom maps and content for analysis
  • Manage location based assets, people and property
  • Optimize service and sales territories for greater efficiencies
  • Deploy networks, infrastructure and utilities with confidence
  • Map resources, plan logistics and prepare for emergencies
  • Designed and tested with Windows operating systems
  • Imports and exports data in a wide variety of formats
  • Easily customized to meet your specific needs
Screenshots :



Minimum Requirements :
  • Windows Server 2003 or 2008/ 7/ Vista/ XP SP3 (32 bit)
Download Here : DOWNLOAD

Google Earth Pro 7.0 Full Patch

Google Earth Pro 7.0 Full Patch not the least most people in the world to just looking for information or even be a need for information about the world with this software. Google Earth Pro comes with improved features when compared to the free version of Google Earth. With more speed and the ability to deliver enhanced three-dimensional map, the ability to record the activity map (movie maker) and of course with a better interface.

Features :
  • 3D Measurements
  • Area Measurements
  • Data Export
  • Data Styling
  • Demographic data
  • Distance Measurements
  • Email Support
  • Faster Performance
  • Geocoded data
  • High Resolution Printing
  • Movie maker
  • Optional Ads
  • Parcel data
  • Polygons, lines & paths
  • Traffic count data and much more
Screenshot :
Minimum Requirements :
  • Windows XP/ Vista/ 7/ 8 (32 or 64 bit)
  • No special requirements
Download Here : DOWNLOAD

MENGENAL TIPE LAHAN RAWA DAN GAMBUT

Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai potensi cukup baik untuk pengembangan budidaya pertanian.  Namun pengelolaannya harus dilakukan secara bijak agar kelestarian sumber daya alam ini dapat dipertahankan.  Dengan mengenal tipe lahan rawa gambut maka akan dapat dibuat perencanaan  yang lebih baik dalam mengelola lahan secara bijaksana.

Mengenal Lahan Rawa

Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat.  Meskipun dalam keadaan tergenang, lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan.  Lahan ini dapat dibedakan dari danau, karena danau tergenang sepanjang tahun, genangannya
lebih dalam, dan tidak ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air.

Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai.  Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa dibagi menjadi tiga, yaitu rawa pasang surut, rawa lebak peralihan dan rawa lebak.
 Gambar 1. Pembagian zona lahan rawa
Zona I - Rawa pasang surut
Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.  Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang besar dan pasang kecil.  Pasang kecil, terjadi secara harian (1-2 kali sehari).
Berdasarkan pola genangannya (jangkauan air pasangnya), lahan pasang surut dibagi menjadi empat tipe:
1. Tipe A, tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil;
2. Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;
3. Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman  air tanah  pada waktu pasang kurang dari 50 cm;
4. Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier.

Zona II - Rawa lebak peralihan 
Lahan rawa lebak yang pasang surutnya air laut masih terasa di saluran primer atau di sungai disebut rawa lebak peralihan. Pada lahan seperti ini, endapan laut yang dicirikan oleh adanya lapisan pirit, biasanya terdapat pada kedalaman 80 - 120 cm di bawah permukaan tanah.
 
Zona III - Rawa lebak
Rawa lebak adalah lahan rawa yang genangannya terjadi karena luapan air sungai dan atau air hujan di daerah cekungan di pedalaman.  Oleh sebab itu, genangan umumnya terjadi pada musim hujan dan menyusut atau hilang di musim kemarau.  Rawa lebak dibagi menjadi tiga:
1. Lebak dangkal atau lebak pematang, yaitu rawa lebak dengan genangan air kurang dari 50 cm.  Lahan ini biasanya terletak di sepanjang tanggul sungai dengan lama genangan kurang dari 3 bulan.
2. Lebak tengahan, yaitu lebak dengan kedalaman genangan 50-100 cm.  Genangan biasanya terjadi selama 3-6 bulan.
3. Lebak dalam, yaitu lebak dengan genagan air lebih dari 100 cm.  Lahan ini biasanya terletak di sebelah dalam menjauhi sungai dengan lama genangan lebih dari 6 bulan.
  
Pengertian Tanah Gambut
Tanah di lahan rawa dapat berupa aluvial atau gambut. Tanah aluvial merupakan endapan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan seperti lumpur, humus, dan pasir dengan kadar yang berbeda- beda.
 Gambar I1. Fisiografi lahan gambut
Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti dedaunan, ranting kayu,dan semak dalam keadaan jenuh air dan dalam jangka waktu yang sangat lama (ribuan tahun).  Di alam, gambut sering bercampur dengan tanah liat.  Tanah disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi salah satu persyaratan berikut (Soil Survey Staff, 1996): 
1.   Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai kandungan C-organik paling sedikit 18% jika kandungan liatnya >60% ATAU mempunyai kandungan C-organik 12% jika tidak mempunyai liat (0%) ATAU mempunyai kandungan C-organik lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika kandungan liatnya antara 0 - 60%;
2.   Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-organik minimal 20%.

Lahan Gambut dan Bergambut

Tanah gambut secara alami terdapat pada lapisan paling atas.  Di bawahnya terdapat lapisan tanah aluvial pada kedalaman yang bervariasi.  Lahan dengan ketebalan tanah gambut kurang dari 50 cm disebut
sebagai lahan atau tanah bergambut.

Disebut sebagai lahan gambut apabila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm.
Perdasarkan kedalamnya, lahan gambut dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
1.   Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm;
2.   Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 100-200 cm;
3.   Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 200-300 cm;
4.   Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut lebih dari 300 cm. 
 
Lahan Rawa Potensial dan Sulfat Masam

Lahan rawa yang tidak memiliki lapisan tanah gambut dan tidak memiliki lapisan pirit (kadarnya <0,75%), atau memiliki lapisan pirit  pada kedalaman lebih dari 50 cm disebut sebagai lahan rawa potensial.  Lahan ini merupakan rawa paling subur dan potensial untuk pertanian.

Tanah yang mendominasi lahan rawa tersebut adalah tanah aluvial hasil pengendapan yang dibawa oleh air hujan, air sungai, atau air laut.

Lahan rawa yang tidak memiliki tanah gambut dan kedalaman lapisan piritnya kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan aluvial bersulfida dangkal atau sering disebut lahan sulfat masam potensial.
 
Pirit (FeS2) merupakan senyawa yang terbentuk dalam suasana payau.  Lapisan tanah yang mengandung pirit lebih dari 0,75% disebut sebagai lapisan pirit. 
Menurut Wijaya Adhi (2000), adanya lapisan pirit pada lahan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
  • Lahan dipenuhi oleh tumbuhan purun tikus  
  • Di tanggul saluran terdapat bongkah-bongkah tanah berwarna kuning jerami (jarosit)
  • Di saluran drainase, terdapat air yang mengandung karat besi berwarna kuning kemerahan
  • Apabila lapisan pirit dikeringkan,akan berubah warna menjadi kuning karat seperti jerami.
  • Apabila pirit disiram dengan larutan hydrogen peroksida (H2O2) 30%, akan berbuih.   
 Dalam keadaan tergenang, senyawa pirit  tidak berbahaya.  Tetapi dalam keadaan kering, senyawa pirit akan teroksidasi.  Bila terkena air, pirit yang teroksidasi akan menjadi asam sulfat atau sering disebut air aki/air keras yang sangat asam.  Akibatnya, akar tanaman akan terganggu, unsur hara sulit diserap oleh tanaman, serta unsur besi dan aluminium akan larut hingga meracuni tanaman. Lahan yang lapisan piritnya sudah teroksidasi sering disebut sebagai lahan bersulfat atau lahan sulfat masam aktual.  Lahan seperti ini tidak direkomendasikan untuk budidaya pertanian.

Lahan Salin

Sebagian lahan pasang surut sering mendapat pengaruh salinitas air laut terutama pada musim kemarau.  Pengaruh salinitas ini bisa terjadi secara langsung karena air laut mengalir ke daratan, masuk melalui sungai pada waktu pasang, atau berlangsung karena adanya intrusi (perembesan).
Lahan pasang surut yang salinitas air (kadar garamnya) lebih dari 0,8% disebut sebagai lahan salin atau pasang surut air asin. Lahan seperti itu, biasanya didominasi oleh tumbuhan bakau. Apabila  kadar garamnya hanya tinggi pada musim kemarau selama kurang dari 2 bulan, disebut sebagai lahan salin peralihan.  Lahan salin peralihan ditandai oleh banyaknya tumbuhan nipah.
Tidak banyak jenis tanaman yang dapat hidup di lahan salin.  Lahan seperti ini direkomendasikan untuk hutan bakau/mangrove, budidaya tanaman kelapa, dan tambak.  Khusus untuk tambak, harus memenuhi persyaratan adanya pasokan air tawar dalam jumlah yang memadai sebagai pengencer air asin.
Tabel 1.  Gejala keracunan tanaman pertanian yang umum terjadi di lahan rawa salin

Jenis Keracunan
Gejala serangan
Cara penanggulangan
Alumunium
!   Sistem perakaran menebal dan tidak berkembang
!   Warna hijau tulang daun berubah menjadi oranye diikuti dengan bercak coklat
Meningkatkan pH tanah melalui pengapuran dan penggenangan
Besi
!   Warna daun bercak coklat (berkarat)
!   Perakaran kasar
!   Pertumbuhan dan pembentukan anakan tertekan

Meningkatkan pH tanah melalui pengapuran dan pengaturan drainase
Sulfida
!   Tanaman mudah tekena penyakit
!   Sistem perakaran kurang berkembang dan berwarna hitam
!   Tanaman kerdil dan anakan sedikit
Meningkatkan pH tanah melalui pengapuran dan penggenangan serta penambahan unsur mikro dan mineral (terusi, abu).
Garam-garam (salin)
!   Tanaman menjadi kering
!   Anakan berkurang
!   Ujung daun menjadi putih
Pencucian garam melalui pengaturan air satu arah, menanam padi varietas tahan salin

Faktor-faktor Pembatas

Faktor pembatas atau penghambat utama pengelolaan pertanian di lahan rawa gambut meliputi genangan air, tingginya kemasaman tanah (pH tanah rendah), adanya zat beracun, rendahnya kesuburan tanah; kondisi fisik lahan seperti bobot isi tanah yang ringan, tingkat kematangan dan ketebalan gambut.  Kendala yang sering dijumpai pada lahan lebak terutama adalah datangnya genangan air banjir yang tidak menentu dan mendadak.  Pada lahan salin faktor penghambatnya berupa zat beracun seperti alumunium, besi, pirit (FeS2) dan garam-garam.

Kendala biologis yang umum ditemukan di lahan rawa gambutadalah serangan hama tanaman terutama tikus babi hutan dan burung, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah blas dan busuk pelepah.




JENIS DAN TYPE PINTU KLEP FIBER RESIN